Saya bisa bikin rencana tetapi alam ikut menentukan jadi atau tidaknya. Selama libur lebaran 2025 ini, saya ada rencana berlari dari Pantai Seruni sampai ke Lannying 4 yang jadi batas paling atas jalan aspal dan beton di Desa Bonto Lojong, Kecamatan Ulu Ere, Bantaeng. Dengan persiapan sederhana: membuat jalur dan melihat prediksi cuaca di Bantaeng selama seminggu, saya putuskan untuk berlari pada Sabtu, 05 April 2025. Rencananya, saya mulai dari Pantai Seruni dan selesai di Pantai itu juga. Sialnya rencana ini tidak terwujud sepenuhnya.
Sejak saya pulang ke rumah pada 27 Maret 2025, kondisi cuaca di Bantaeng sudah menunjukkan adanya tanda-tanda hujan di siang hari. Saya cek prediksi cuaca di HP. Ternyata demikian, sampai dengan seminggu setelahnya, akan turun hujan di siang hari. Beberapa hari di rumah, memang terjadi hujan pada siang hari, tapi tak sampai berjam-jam lamanya. Dengan kecenderungan ini, saya berkesimpulan, nanti di 05 April, mungkin hujan tapi tidak akan deras. Masih aman untuk berlari jarak jauh, begitu kesimpulan saya.
Teman yang akan jadi petugas evakuasi dan juga yang akan ikut berlari sudah ada. Kami sepakat memulai pagi hari pada 05 April 2025, pukul 06.00 WITA agar tidak terlalu panas. Untuk menuju Lannying 4, saya membuat rute dari Pantai Seruni ke jalur depan SMA Negeri 1 Bantaeng, lalu mengikuti jalur utama tersebut sampai ke Lannying. Saya memilih jalur ini karena berkelok-kelok sehingga tidak langsung menanjak ke atas. Selain karena jalur ini juga jalannya lebih luas. Pemandangan lewat sini juga lebih baik dibanding jalur lain.
Tidak begitu menanjak memang, tapi saya mesti merasakan panas hingga 10 kilometer pertama. Sejak pukul 07.00 pagi, sinar matahari sudah menghantam punggung perbukitan yang saya lalui. Tidak terdapat banyak pohon di sepanjang jalan ini sebab kebanyakan telah berubah menjadi lahan pertanian seperti jagung, cabai maupun sayuran. Saya mesti berdamai dengan panas yang seperti membakar kulit dan memperbanyak minum agar tidak dehidrasi.
Setelah melewati kawasan tersebut dan masuk ke Kecamatan Ulu Ere, jalan semakin menanjak tetapi udara lebih sejuk. Kecamatan ini memang lebih tinggi dibanding kawasan sebelumnya. Ditambah lagi, awan sudah berkumpul tetapi matahari masih bisa mengintip di sela-selanya. Saya putuskan berjalan cepat, tidak lagi berlari. Setidaknya menyimpan tenaga yang terkuras habis selama di area yang panas.
Semakin ke atas, awan semakin tebal, kabut sudah mulai turun. Saat melewati Pasar Loka, kabutnya semakin rendah. Dingin mulai menghampiri tapi masih terasa segar dan biasa saja. Saya harus kejar target agar sampai di ujung jalan di Lannying 4 sebelum jam 12 siang. Sialnya, tidak demikian, hujan mulai turun saat kami memasuki Desa Bonto Lojong. Kami putuskan istirahat sejenak, menunggu hujan agak reda. Tapi sepertinya tidak demikian, kami putuskan lanjut sambil main hujan.
Di Kecamatan Uluere, saya dan juga Fadil yang kembali ikut berlari melalui kebun sayur dari kol, wortel, bawang, hingga kentang. Daerah ini memang menjadi pusat penghasil sayuran di Bantaeng. Mungkin, hampir semua warganya bertani sayur. Dengan wilayah yang terletak di ketinggian sekitar 1.000 sampai 1.800 meter di atas laut, suhu yang dingin di daerah ini mendukung hal tersebut. Tapi suhu dingin berkabut ini awalnya membuat kami senang karena tidak kepanasan menuju target. Sialnya, saat masuk di Lannying 3, hujan sudah bercampur angin. Dingin yang awalnya bisa tertahankan membuat saya menggigil. Kami tidak bawa jaket. Kami masih mencoba agar sampai di titik ujung jalan kampung tetapi harus menyerah di kilometer terakhir.


Badan yang dingin dan menggigil ditambah rasa lapar membuat kami harus mencari tempat berteduh. Masjid menjadi sasaran utama. Hingga dua jam menunggu hujan reda ditambah udara dingin yang makin menjadi-jadi, kami memutuskan untuk tidak lanjut. Cukup sampai di sini. Rencana awal untuk berlari kembali ke Pantai Seruni, tempat kami start batal. Mungkin saya coba lain waktu daripada harus memaksakan keadaan.
***
Saya tidak tahu apakah berlari dari pantai menuju kawasan pegunungan masuk kategori lari lintas alam atau tidak. Ada yang berpendapat, aktivitas lari baru masuk kategori trail ketika dilakukan di lereng gunung dengan jalur bebatuan. Intinya bukan di lintasan lari pada umumnya. Yang paling menonjol adalah elevasi dari setiap rute yang ditempuh. Misalnya 15 kilometer dengan elevasi 1500 meter. Ada juga yang menggabungkan jalur beraspal dengan jalur bebatuan dan tanah di lereng gunung. Misalnya Sentul-Gede-Pangrango (SGP100).
Berdasarkan jam GPS yang saya gunakan, jarak dari Pantai Seruni menuju Ujung jalan Lannying 4 (tak jauh dari pintu rimba) adalah 26,7 kilometer dengan elevasi 1.887meter. Karena kondisi cuaca yang sebutkan tadi, kami hanya sampai di jarak 25 kilometer dengan elevasi 1.507 meter. Sepanjang jalurnya memang aspal tetapi kondisi cuaca dan perubahan suhu udara dari dataran rendah ke tinggi menjadi tantangan tersendiri. Entahla, saya juga tidak sedang mencoba memperdebatkan kategori trail atau road run. Yang pasti saya hanya ingin bersenang-senang.

Entah trail atau road run, saya juga melakukan keduanya. Setidaknya di satu tahun terakhir. Saya memulai lari di ring road Gelora Bung Karno. Aktivitas ini sekadar untuk memilih olahraga yang paling mungkin saya lakukan. Tapi, saya merasa, berlari di lereng pegunungan lebih menyenangkan. Ujung-ujungnya saya lebih senang di aktivitas lari trail dengan kawasan perbukitan Sentul sebagai tempat berlari.
Tentu saya tidak bermaksud untuk menjadi pelari trail profesional yang memiliki jadwal latihan ketat. Ikut event lari trail hanya untuk bersenang-senang. Saya ikut dari jarak 15 kilo sampai 50 kilometer. Tahun ini mencoba untuk ikut di kategori jarak yang lebih jauh, yaitu 68 kilometer di Mantra 116 dan 100 kilometer di Bandung 100. Event Bromo-Tengger-Semeru (BTS) 100 kategori 102 kilometer masih sayang timbang-timbang. Kalau bisa finish ya bagus, kalau tidak pun tak apa.
Rencana ikut beberapa event itu yang mendorong saya untuk mencoba latihan saat kembali ke Bantaeng. Kampung saya ini punya medan yang cocok untuk lari trail. Pun dengan road run. Puncak Gunung Lompo Battang dapat kita lihat dari pinggir pantai. Bukan tidak mungkin untuk membuat jalur lari trail kategori jarak jauh di Bantaeng. Jalan menuju Lannying yang sudah beraspal dan tidak begitu ramai dengan kendaraan pun membuat saya memutuskan untuk latihan di sini.
Belakangan, saya dapat info di kalender International Trail Running Association (ITRA) kalau di Bantaeng ada event lari trail tepatnya di Desa Bonto Lojong. Event ini bernama Uluere Bantaeng Trail Run dengan dua kategori jarak yaitu 8 dan 15 kilometer. Berdasarkan informasi di ITRA, event ini adalah yang perdana dilaksanakan pada 27 April 2025. Saat melihat jalurnya, saya semakin semangat untuk mencoba lari dari Pantai Seruni sampai Lannying 4, sebab jalur yang akan saya lalui sebagian kecil juga masuk ke jalur event ini.

Memang betul saya bisa sedikit melewati jalur event Uluere Bantaeng Trail Run, walau hanya sekitar 100 meter. Seandainya cuaca mendukung, mungkin saya bisa sekalian berlari di rute tersebut. Tapi mau bagaimana, saya hanya bisa berencana. Alam yang turut menentukan. Semoga di lain waktu bisa mencoba. Kalau perlu ikut di event ini. Semoga, nantinya juga ada kategori jarak yang lebih jauh.