Skip to content

Carita Warung Kopi 1: Pemilu

Jika kau bingung harus bikin apa di malam minggu, saya sarankan main ke Warkop. Harga kopinya jauh lebih murah dibanding Cafe industrial zaman sekarang. Lantainya bukan kerikil tajam. Tapi bangkunya hampir sama: cuma papan yang bisa bikin pantatmu sakit jika duduk terlalu lama. Di Warkop, kau sisa pesan kopi, duduk, lalu dengarkanlah obrolan di meja sebelahmu, biasanya sekumpulan bapak-bapak. Mereka akan bicara prospek usaha dan syukur-syukur kalau kau tahan untuk duduk sampai masuk sesi obrolan ibadah dan bekal hari tua.

Ini yang saya lakukan Sabtu malam lalu. Sesuai informasi seorang teman, di Kalibata ada Warkop yang dibikin orang Makassar. Tutup tengah malam. Jamnya tidak pasti, kadang jam 2 kadang 3. Mungkin tergantung mood yang punya. Saya berangkat. Dari Stasiun Kalibata, saya jalan kaki ke arah Kalibata City lalu masuk di Pintu 2. Lurus lagi sampai 2 blok. Selebihnya saya lupa. Yang jelas, Warkopnya ada di dekat parkiran motor.

Benar saja, ada banyak bapak-bapak yang berkumpul. Mungkin ada yang pegawai kantoran, bisnis swasta, dan tim sukses Caleg yang gagal karena lawannya lebih sukses.

“02 Menang di web KPU”. Kata seorang bapak berkemeja putih, setelah turun dari motornya dan masih berjalan ke depan Warkop.

“Tapi di Timnas 01, katanya dia menang”. Kata bapak yang sudah lama duduk memandangi HPnya dan kopinya kurang dari setengah cangkir. 

“Ya tergantunglah, kalau tanya ke 01, pasti mereka yang menang. Kalau tanya 02, mereka juga klaim menang”. Lanjut bapak lain di meja yang sama.

Ini jawaban penengah paling masuk akal. Semua tertawa. Tapi, tunggu. Bagaimana dengan 03? Tidak ada komentar yang saya dengar. Muncul pikiran liar dari saya. Jangan-jangan mereka kalah bahkan di penghitungan internal.

Pembahasan pemilu ini tidak lama. Saya juga tidak begitu peduli. Mie goreng pesanan saya sudah datang. Kopi juga sudah. Perbincangan lain dari mereka jadi terlewat. Tapi yasudahla. Makan mie goreng campur telur saat gerimis lebih masuk akal.